Minggu, 19 Mei 2013

Menampung Suplai Rezeki Dari Langit

Teringat dahulu kala sewaktu masih kecil dikampung halaman, setiap hujan turun anak anak kecil ( termasuk saya ) berhamburan keluar menikmati hujan dengan berhujan hujanan tentunya. Banyak yang kami lakukan saat itu, adakalanya kami bermain sepak bola dengan bola plastik di lapangan kecil milik tetangga, atau di halaman rumah salah satu diantara kami yg berhalaman cukup luas. 

Dilain waktu bermain balapan perahu menggunakan sandal atau pelepah pisang, yang pemenangnya berhadiah di gendong. Hahahhaaa regresinya asyik. Adakalanya kami berlari menuju sungai dan kami berenang (nah yang satu ini saya jarang lakukan karena dilarang orangtua, efeknya saya gak pandai berenang). Hehehheee senyum lagi.

Masih banyak aktifitas kami anak anak kecil menikmati hujan, termasuk yang satu ini.

Dahulu itu, kebiasaan dikampung saya (tidak tahu ditempat lain) adalah setiap turun hujan orang tua kami menampung air hujan menggunakan ember, bak, baskom atau wadah yang lainnya bahkan drum. Biasanya ibu ibu melakukan hal ini sambil mencuci baju, mencuci piring dll. Mereka menadahi air curahan hujan ini untuk segala keperluan.

Air hujan pula sangat disuykuri oleh para petani, sehingga tanamannya secara otomatis tersirami dengan merata tanpa perlu berebut air dengan petani lain dari irigasi yang airnya terbatas.


*****


Analoginya adalah, air hujan ini bisa kita ibaratkan rizki yang tercurakan, yang tersebar di segala penjuru. Ia akan bisa ditampung siapa saja tanpa pandang bulu, asalkan ada media untuk menampungnya. Besar kecilnya yang tersimpanpun tergantung wadah yang di pakai. Jika wadahnya ember ya sebesar ember, jika pakai bak ya sepenuh bak, bahkan drum atau danau sekalipun ya hanya menampung sebesar wadah tersebut.

Padahal, curahan hujan itu sangat banyak, melebihi wadah yang ada. Ketika wadahnya kecil lalu penuh ia akan meleber yang tertampung tetap maksimal satu ember. Demikian juga dengan besaran maksimal wadah lain. Ini mensyaratkan bahwa rizki dari Tuhan itu tak terbatas, sangat banyak, tergantung wadah sebesar apa yang mau dipakainya.

Lantas bagimana menyiapkan wadah dan memperbesar daya tampungnya ?

Berdoa dan berusaha itu bisa kita ibaratkan dengan wadah. Ia akan menjadi wadah bagi rizki yang akan kita tampung. Seperti analogi air hujan tadi, air hujan itu rizki yang sudah di sebar olehNya, dan wadah yang kita siapkan adalah wujud dari usaha dan doa. Bagimana mungkin akan mendapatkan air jika tidak di tampung wadah. Bagaimana mungkin mau mendapat rizki jika tidak usaha dan berdoa ?

Ketika wadah sudah kita miliki, bagaimana cara memperbesar wadah tersebut supaya tampungannya lebih besar ? Bisa jadi wadah yang kita punya juga sudah bolong bolong.

Ada bebrapa cara yang saya fahami, yaitu dengan berbagi atau bersedekah.
Kita semua sudah mengerti bahwa berbagi itu pada hakikatnya menerima. Apa yang kita bagikan atau sedekahkan akan berbalik untuk diri kita sendiri dan itu bahkan melebihi balasannya.

''... Dan dari setiap butir itu akan menumbuhkan 7 tangkai, dan setiap tangkainya akan menghasilkan 100 buah, itulah balasan bagi yang menafkahkan hartanya di jalan Tuhan...''

Jelaslah bahwa untuk memperbesar wadah tersebut adalah dengan berbagi.

Tapi sayakan tidak cukup banyak harta ? Ya lakukan saja sejak awal apa yng bisa dibagikan. Bisa senyum, bisa kita manfaatkan niat ketika memberi nafkah anak istri atau orang tua, niat berbagi keuntungan dengan penjual. Atau kita bisa menjadi seorang jasa pengumpul sedekah, mengkoordinir sedekah teman2 yang tidak punya waktu menyalurkan sedekahnya. Akan sama balasannya tanpa mengurangi hak siapaun atas balasannya.

Cara lain adalah dengan sholat dhuha, sabda Rasul Saw...'' sesungguhnya setiap sendi yang mengerjakan sholat dhuha adalah terhidung sedekah dari tubuhnya..'' Ibadah ini sangat dianjurkan untuk yang ingin rizkinya lancar dan berkah.

Juga pernah saya singgung di status atau note yang pernah saya tulis, bahwa kita bisa mendoakan orang lain. Doakan siapapun rizkinya lancar, berkecukupan, berkah. Doakan saudara kita, teman kita, tetangga kita, bahkan kompetitor bisnis kita sekalipun untuk menjadi lebih baik lebih berkecukupan, maju dan sukses. Seperti halnya berbagi, doa ke orang lainpun akan memantul sama kepada diri kita.

Bagi yang mempunyai keahlian tertentu, yang mempunyai ilmu, maka cara memperbesar wadah, menaikkan kelas kelas kehidupan adalah dengan berbagi ilmu yang kita punya. Seperti apapun keadaan anda saat ini, jangan berkecil hati, teruslah berbagi ilmu, sebarkan sesering mungkin, karena ia yang akan membesarkan orang lain, memualiakan orang lain meninggikan derajat orang lain akan berimbas pada naiknya kelas kehidupan si pemberi ilmu. Lakukan dengan ikhlas, lalu pasrahkan.

Semua hal diatas adalah ibarat investasi, cepat atau lambat jika dilakukan secara istiqomah, berkesinambungan, tawakkal maka ia akan membesar dan berimbas pada besarnya diri dan sesama. Pohon mangga saja butuh 5tahun untuk berbuah, pohon tebu juga butuh 20bulan untuk panen, pun pohon padi butuh 3 bulan untuk 'derep'. Semua ada waktunya, tidak ada yang tertukar dan indah pada saatnya.

Ini berlaku untuk hal apapun dalam hidup, saya di catatan ini hanya mencontohkan dalam hal rizki, bisa kita hubungkan dan aplikasikan untuk persoalan yang lain.
.
.


Semoga bermanfaat.
.
.
#eling.siang.edisi.nulis.note.pake.hape

Plumpang, Tanjung Priuk
27 Februari 2013, 12:25

2 komentar:

  1. Nemu blog nya master ... mantap suhu ...

    BalasHapus
  2. Masyaallah.. semoga ilmu yg brmanfaat.. semoga kita selalu diberikan rezeki yg mlimpah dan berkah aamiin

    BalasHapus

Tinggalkanlah jejak anda saat anda sudah membaca artikel di blog ini, dengan berkomentar yg santun, sesuai dengan isi dari artikelnya.

Berkomentarlah menggunakan Name/URL atau akun Google anda, komentar yg menggunakan "Anonymous" akan saya hapus.

Maaf, untuk artikel spam/iklan/cuma membuang link hidup saja, maka komentar anda pasti akan saya hapus.

Terimakasih untuk kunjungan Anda di blog ini. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...